Kamis, 06 Juli 2017

KOMUNIKASI JARAK JAUH ERA 80-AN

Cerita kenangan



main-page-logo
Udara kota Jember pada era tahun 85 – 89 diramaikan oleh suara-suara “merdu” remaja pria dan wanita yang mengudara secara “tak resmi” lewat frekuensi 140 MHz. Pada masa itu komunitas tukang nge-brik atau breaker alias penggemar komunikasi radio gelombang 2 meteran menjamur di seantero Jember, mulai dari kawasan Tanggul hingga ke daerah Mayang dan sekitarnya. Bahkan untuk yang bermodal kuat, tingkat komunikasinya sudah lintas kabupaten bahkan antar propinsi. Istilah kerennya AKAP atau AKDP, pinjem terminologinya bis umum..
Kala itu, komunitas radio terbagi atas 3 jenis kelompok yaitu kelas 2 meteran, 17 meteran dan 80 meteran. Untuk 2 meteran, saat itu didominasi oleh anak-anak SMA dan kelompok mahasiswa. Disamping itu, ternyata sejumlah bapak dan ibu ternyata juga menyukai komunikasi ini. Tercatat frekuensi bersejarah yang menonjol dan cukup dikenal adalah :142.920, 143.330 (Triple Three), 144.840, 147.100 (Land Rock), 147.450 (Sweet Dreams) dan 147.500 (English Channel).
Frekuensi 142.920 ( 292) didominasi oleh breaker dari SMA 1 dan 2. Sukses mengorbitkan beberapa nama yang cukup populer di masanya, antara lain Andi Irawan, Otto Budiharjo, Deni Setiawan, Ludi Haryanto, Iwan Zombie, Hendra Cordova, Albertus Rudi dan aku sendiri. Sementara itu teman-teman SMA 2 yang cukup tenar diwakili oleh Irasari Irawati (omahe ngGebang, Koz..), Adyo Bawono (yang kondhang dengan andheng-2-nya), Rina Rosanti (arek Sentot Prawirodirjo, Lik Afton..) dan Henika (tonggone Irawan F-3..).
Kala itu pesawat yang paling beken di kalangan breaker bujet cekak adalah HT ICOM 2N. Untuk dial gelombangnya masih pakai jari jemari. Sementara yang kelas lebih tinggi pakai HT/Rig Kenwood atau Alinco, yang sudah full digital untuk scanning frekuensinya. HT digital memungkinkan sepasang breaker untuk ngebrik secara Simplex Duplex alias beda frekuensi. Misalnya 1 orang di 142.920 Mhz, yang laian bisa di 145.920 MHz. Fungsi ini sangat “berguna” buat yang suka “mojok”. Mojok adalah istilah ngobrol asyik berdua, cowok cewek, tanpa mau diganggu kehadiran breaker lain. Mojok sendiri bisa jatuh ke pengertian negatif, nek uthekke breakere error poll.. wk.wk.wk.wk….
Nama lain dari mojok adalah ” Love On The Air ” atau ” Bercinta Di Udara “, yang selanjutnya dipopulerkan lewat lagunya (Alm) Farid Hardja..
" Berkenalan nama samaran lewat gelombang radio Lima sembilan tujuh tiga angka untuk kamu Ber-QSO lalu cerio cup ah cup ah cup ah Di udara kita bertemu kupanggil namamu
Papa Alpha Carlie Alpha Romeo Mengajakmu gombal di udara Memang cinta asyik dimana saja Walau di angkasa……
Hahaha.. break break Hahahahahahahahaha.. break break Hahaha.. break break Hahahahahahahahaha.. break dong "
who-are-you
Obrolan yang umum buat kami saat itu berkisar seputar pelajaran serta kegiatan keseharian di sekolah. Pas kecanduan ngebrik, pulang sekolah sing di-eling cuma HT thok. Kadang-2 tanpa ganti seragam, ambil nasi sama minum langsung nongkrong di depan HT dan buka warung. Warung ini adalah frekuensi tetap tempat kami sering nongkrong. Setelah sampai di 292, terus panggil-2 supaya teman-2 yang lain keluar juga. Kadang-2 sampai setengah jam nggak ada juga yang naik. Akhirnya HT dibiarkan on sampai muncul breaker lainnya. Bisa juga sambil di-Jam (Dipencet terus tombol PTT-nya) dan diputerkan lagu atau radio. Ini juga cara ampuh untuk memancing breakermania lainnya.
Yang paling sabar dan gak pernah marah kalau “gugah-gugah” orang adalah Cak Andhy Irawan. Saking telatennya nunggoni warung, beliau mendapat gelar kehormatan “Pak Net”. Kadang-2, Cak Andi malah gak ikut ngobrol, cuma ngatur lalu lintas briker yang keluar masuk. Biasane, kalau ada cewek masuk dan bersuara merdu, cowok-2-e pada rebutan pingin kenal dan ngobrol. Sampai-2 waktu ngobrol-nmya dimeniti oleh pak net, biar yang lain gak iri. Nah kalau sudah ada yang sreg banget, akhirnya pasangan ini mengundurkan diri untuk pindah frekuensi. ” Naik 10, naik 20 atau naik sekian ” artinya pindah frekuensi dari 292+10 = 302, 292+20= 312 dst..dst.. Kalau sudah cocok banget, biasanya bikin warung dengan kode tertentu. Tapi tempat ketemuannya tetap di 292. “Dik/ Mas ke warung atas..” itu ajakan untuk mojoknya…
Tapi sebenarnya fungsi radio 2 meteran ini nggak cuma untuk ngobrol ngalor ngidul thok. Bisa juga kami bertukar info pelajaran atau untuk diskusi pelajaran yang susah-susah. Aku merasa terbantu dengan obrolan yang begini. Terutama kalau akan ada ulangan lisan. Wah gede banget manfaatnya.. Lumayan bisa dapat bocoran. Kan membantu orang tua nek nilai ulangane apik ?
Ngebrik memang asyik, terutama sing punya Insomnia, cocok tenan. Direwangi tekan mbengi. Perkara di sekolah bakal ngantuk, itu urusan nanti. Yang penting marem bisa ngobrol semaleman. Aku pernah nyoba ngebrik, kira-2 sampai jam 3 pagi, pas malam minggu. Waduh, sesuke nguanthuk poll. Maklumlah waktu itu mata dan badan belum terbiasa diajak melekan. Kalau sekarang sih wis kulino..
Tapi, itulah, namanya juga kecanduan, seringkali bawa efek negatif. Gara-2 ngbrik, nilai raportku di semester 3 (kelas 2) sempat turun. Akhirnya HT kukembalikan ke Om-ku (iyo dhing, aku nyilih..), setelah ayahku mengingatkan kalau tugasku adalah belajar, bukannya brik-brikan terus. Semester 4, aku malah dibelikan oleh ibu HT Icom 2N. Langsung wae tak ragadi. Aku beli antenna Slim Jim (sing kaya peniti) dan antenna super stick untuk kepentingan adventure.
Meski masih masuk kelas pas-pasan, tapi karena posisi Talangsari cukup strategis, mulailah aku berani unjuk kuat-kuatan atau adoh-adohan jangkauan dengan teman-2 yang punya perangkat serupa. Biasane adu kekuatan sampai Tanggul. Siapa yang masih terdengar jelas dan bisa nutupi suara briker lainnya, itulah pemenangnya.
Lumayanlah dengan adanya radio ini (meski ilegal, wong gak duwe Call sign), bisa bantu orang tua ngirit pulsa telpon. Tapi sering juga jengkel kalau lagi asyik ngebrik, tiba-tiba frekuensinya di-jam atau ditutup oleh briker dengan daya radio yang besar apalagi kelau ditambah booster. Wis.. tumpess… Kalau masih ada yang tembus, biasane stasiune Albertus Rudi yang dipandhegani Cak Andhy, ngabari ke yang lain agar pindah frekuensi untuk melanjutkan obrolan kami yang terganggu.
Ketika mulai aktif jadi pengurus Sispena, manfaat radio ini besar sekali untuk menunjang komunikasi di lapangan. Dibanding dengan radio 11 meteran, meski lebih kuat jangkauannya, tapi dimensi radio yang lebih besar dan mahal, jelas diluar kemampuan kocek-2 kami, juga faktor kepraktisannya yang enak digenggam, membuat radio 2 meteran sangat populer di kalangan briker Jember kala itu.
KOPI DARAT Setelah komunitas terbentuk dan jumlah anggotanya cukup banyak. Mulailah kasak-kusuk untuk ketemu di darat. Biasanya mengambil tempat di rumah salah seorang briker. Untuk dananya didapat dari tarikan sumbangan sukarela (sing wis ditetepno panitia) kepada brikermania tersebut. Kalau anggotanya, sudah banyak yang kenal, acaranya bisa berlangsung meriah dan hangat.
Sebaliknya kalau belum banyak kenal, meski acara sudah dikemas dengan permainan yang menarik atau MC yang atraktif, suasana “dingin” masih terasa. Lha iyo, wong sik entas kenal. Tapi, usai acara, biasanya mulai pendekatan personal terhadap briker yang dikarepi. Selanjutnya.. terserah anda…
Dengan acara kumpul-2 ini, briker bisa kenalan dengan apa adanya. Nggak pake tipu-tipu, karena sudah di-absen duluan oleh panitia. tapi kalau kopi darat sendiri-sendiri, ceritanya jadi lain. Setlah terpikat suara merdu pasangan nge-briknya, si briker cowok semangat banget untuk kenalan di darat. Malahan melakukan investigasi ke teman-2 lainnya apaklah pernah kenal dengan briker cewek yang dimaksud. Bila dirasa mantap, kopi darat must go on. Syukur nek cocok karo karepe, biasane briker cowok ini nakalan, nek ceweknya nggak cocok dengan bayangan biasane mblenjani janji atau ngajukan teman lainnya untuk disuruh ngaku sebagai dirinya.. wk.wk.wkk.wkk… Dasar ulo.. he.he.he.he…
JAMAN INTERKOM-an Seiring dengan ramainya radio 2 meteran, mulailah sebagian briker yang gak punya HT atau sering ngebrik tapi minjem, untuk reka-reka agar bisa ngebrik sendiri. Interkom adalah pilihannya. Anda pasti ingat ketika antar kampung terjulur kabel, bahkan hingga 4-5 kanal jaringan interkom, yang semuanya dimaksudkan agar bisa menjalin komunikasi seperti briker 2 meteran. Namanya kesenangan, pasti diragadi habis-habisan.
Segi positif komunikasi adalah nambah relasi dan merekatkan hubungan antar warga sekitar. Tapi efek negatif pun mulai bermunculan. Suami yang lari dengan istri orang lain atau sebaliknya adalah salah satunya. Dan yang parah, si jagad interkom ada yang ngaco dengan cara memasukkan setrum ke jaringan interkom. Terang saja, yang pegang radio interkom langsung njenggirat karen kesetrum. Bahkan katanya ada yang sampai pingsan. Ketika suasana semakin nggak kondusif dan mungkin mulai bosan dengan suara yang itu-itu juga, pelan-2 popularitas interkom mulai surut. Hingga akhirnya berhenti sama sekali.
Nah, itulah kisah “CHATTING” Jaman mbiyen.. Asyik nggak asyik, tergantung sing ngrasakno.. Nuwun..
Sumber: sma1jember.info

Tidak ada komentar: